Lambaian ramadhan yang menjauh

بسم آلله آلر حمن آلر حيم



Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi bersabda:

"Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, 'Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.' Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kasturi."


Di dunia ini,subhanallah,kita dapat merasakan suatu kegembiraan ketika berbuka puasa (ada dua keadaan;berbuka pada tiap-tiap hari dan berbuka ketika datangnya aidilfitri). Inilah kegembiraan yang jarang-jarang kita rasai.Jikapun seseorang itu bersolat,tidak semestinya dia akan gembira,jikapun ia bersedekah atau membuat haji atau berzakat,belum tentu dia akan bergembira selepas menunaikannya melainkan orang itu telah mencapai tahap kemanisan ibadah.Tetapi puasa yang telah hampir sebulan berlalu,masih kita rasai kegembiraan untuk berbuka (aidilfitri) walau siapapun kita.Walaupun kita orang yang jauh atau dekat dengan Allah.Dan kegembiraan ketika bertemu Allah sudah tentu lebih besar dan hebat...Allah tidak sekali-kali memungkiri janji-Nya..

Disebalik kehebatan ibadah puasa,marilah kita bermuhasabah sebentar.Apakah yang telah kita buat untuk ramadhan kali ini?Pernahkah disuatu malam yang hening,kita bangun kemudian bersolat taubat dan menangis dihadapan Allah meminta diampunkan dosa-dosa lalu?Pernahkah kita menangis kerana mengenangkan dosa kita?Jika kita tidak pernah menangis,maka menangislah.Masih ada beberapa malam yang menanti dan mungkin didalamya ada lailatul qadar.Ingin saya berkongsi kisah ini:

Diceritakan di Hari Pembalasan kelak, ada seorang hamba Allah sedang diadili. Ia dituduh bersalah, menyia-nyiakan umurnya di dunia untuk berbuat maksiat. Tetapi ia berkeras membantah. "Tidak. Demi langit dan bumi sungguh tidak benar. Saya tidak melakukan semua itu."

"Tetapi saksi-saksi mengatakan engkau betul-betul telah menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam dosa," jawab malaikat. Orang itu menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu ke segenap penjuru. Tetapi anehnya, ia tidak menjumpai seorang saksi pun yg sedang berdiri.
Di situ hanya ada dia sendirian.

Makanya ia pun menyanggah, "Manakah saksi-saksi yg kau maksudkan? Di sini tidak ada siapa kecuali aku dan suaramu."

"Inilah saksi-saksi itu," ujar malaikat.

Tiba-tiba mata angkat bicara, "Saya yg memandangi."

Disusul oleh telinga, "Saya yg mendengarkan."

Hidung pun tidak ketinggalan, "Saya yang mencium."

Bibir mengaku, "Saya yang merayu."

Lidah menambah, "Saya yang mengisap."

Tangan meneruskan, "Saya yang meraba dan meramas."

Kaki menyusul, "Saya yang dipakai lari ketika ketahuan."

"Nah kalau kubiarkan, seluruh anggota tubuhmu akan memberikan kesaksian tentang perbuatan aibmu itu", ucap malaikat.

Orang tersebut tidak dapat membuka sanggahannya lagi. Ia putus asa dan amat berduka, sebab sebentar lagi bakal dihumbankan ke dalam jahanam. Padahal, rasa-rasanya ia telah terbebas dari tuduhan dosa itu.

Tatkala ia sedang dilanda kesedihan itu, sekonyong-konyong terdengar suara yg amat lembut dari selembar bulu matanya: "Saya pun ingin juga mengangkat sumpah sebagai saksi."

"Silakan", kata malaikat. "Terus terang saja, menjelang ajalnya, pada suatu tengah malam yg lengang, aku pernah dibasahinya dengan air mata ketika ia sedang menangis menyesali perbuatan buruknya. Bukankah nabinya pernah berjanji, bahwa apabila ada seorang hamba kemudian bertaubat, walaupun selembar bulu matanya saja yg terbasahi air matanya, namun sudah diharamkan dirinya dari ancaman api neraka? Maka saya, selembar bulu matanya, berani tampil sebagai saksi bahwa ia telah melakukan tobat sampai membasahi saya dengan air mata penyesalan."

Dengan kesaksian selembar bulu mata itu, orang tersebut dibebaskan dari neraka dan diantarkan ke surga. Sampai terdengar suara bergaung kepada para penghuni surga: "Lihatlah, Hamba Tuhan ini masuk surga karena pertolongan selembar bulu mata."


Bukan bererti mestilah menangis barulah Allah akan ampuni dosa kita.Tetapi menangis menandakan kita "betul-betul" atau "sungguh-sungguh" untuk menyesal dan insaf.Itulah tabiat manusia.Jika manusia betul-betul gembira maka dia akan menangis.Jika manusia betul terhina dia akan menangis.Dan begitulah juga dengan insaf.Jika kita betul-betul insaf kita akan menangis.Menangis juga membawa erti kita betul-betul lemah,hina,dan berdosa dengan Zat Allah Yang Maha Agung!Menangislah disuatu malam terakhir ramadhan..saya pasti,anda akan merasai ketenangan apabila berjumpa syawal...
Wassalam..

catatan kaki:Bingkisan dari blog Memimpin Intifada

.... rest of template code ....

Lambaian ramadhan yang menjauh

بسم آلله آلر حمن آلر حيم



Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi bersabda:

"Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, 'Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.' Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kasturi."


Di dunia ini,subhanallah,kita dapat merasakan suatu kegembiraan ketika berbuka puasa (ada dua keadaan;berbuka pada tiap-tiap hari dan berbuka ketika datangnya aidilfitri). Inilah kegembiraan yang jarang-jarang kita rasai.Jikapun seseorang itu bersolat,tidak semestinya dia akan gembira,jikapun ia bersedekah atau membuat haji atau berzakat,belum tentu dia akan bergembira selepas menunaikannya melainkan orang itu telah mencapai tahap kemanisan ibadah.Tetapi puasa yang telah hampir sebulan berlalu,masih kita rasai kegembiraan untuk berbuka (aidilfitri) walau siapapun kita.Walaupun kita orang yang jauh atau dekat dengan Allah.Dan kegembiraan ketika bertemu Allah sudah tentu lebih besar dan hebat...Allah tidak sekali-kali memungkiri janji-Nya..

Disebalik kehebatan ibadah puasa,marilah kita bermuhasabah sebentar.Apakah yang telah kita buat untuk ramadhan kali ini?Pernahkah disuatu malam yang hening,kita bangun kemudian bersolat taubat dan menangis dihadapan Allah meminta diampunkan dosa-dosa lalu?Pernahkah kita menangis kerana mengenangkan dosa kita?Jika kita tidak pernah menangis,maka menangislah.Masih ada beberapa malam yang menanti dan mungkin didalamya ada lailatul qadar.Ingin saya berkongsi kisah ini:

Diceritakan di Hari Pembalasan kelak, ada seorang hamba Allah sedang diadili. Ia dituduh bersalah, menyia-nyiakan umurnya di dunia untuk berbuat maksiat. Tetapi ia berkeras membantah. "Tidak. Demi langit dan bumi sungguh tidak benar. Saya tidak melakukan semua itu."

"Tetapi saksi-saksi mengatakan engkau betul-betul telah menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam dosa," jawab malaikat. Orang itu menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu ke segenap penjuru. Tetapi anehnya, ia tidak menjumpai seorang saksi pun yg sedang berdiri.
Di situ hanya ada dia sendirian.

Makanya ia pun menyanggah, "Manakah saksi-saksi yg kau maksudkan? Di sini tidak ada siapa kecuali aku dan suaramu."

"Inilah saksi-saksi itu," ujar malaikat.

Tiba-tiba mata angkat bicara, "Saya yg memandangi."

Disusul oleh telinga, "Saya yg mendengarkan."

Hidung pun tidak ketinggalan, "Saya yang mencium."

Bibir mengaku, "Saya yang merayu."

Lidah menambah, "Saya yang mengisap."

Tangan meneruskan, "Saya yang meraba dan meramas."

Kaki menyusul, "Saya yang dipakai lari ketika ketahuan."

"Nah kalau kubiarkan, seluruh anggota tubuhmu akan memberikan kesaksian tentang perbuatan aibmu itu", ucap malaikat.

Orang tersebut tidak dapat membuka sanggahannya lagi. Ia putus asa dan amat berduka, sebab sebentar lagi bakal dihumbankan ke dalam jahanam. Padahal, rasa-rasanya ia telah terbebas dari tuduhan dosa itu.

Tatkala ia sedang dilanda kesedihan itu, sekonyong-konyong terdengar suara yg amat lembut dari selembar bulu matanya: "Saya pun ingin juga mengangkat sumpah sebagai saksi."

"Silakan", kata malaikat. "Terus terang saja, menjelang ajalnya, pada suatu tengah malam yg lengang, aku pernah dibasahinya dengan air mata ketika ia sedang menangis menyesali perbuatan buruknya. Bukankah nabinya pernah berjanji, bahwa apabila ada seorang hamba kemudian bertaubat, walaupun selembar bulu matanya saja yg terbasahi air matanya, namun sudah diharamkan dirinya dari ancaman api neraka? Maka saya, selembar bulu matanya, berani tampil sebagai saksi bahwa ia telah melakukan tobat sampai membasahi saya dengan air mata penyesalan."

Dengan kesaksian selembar bulu mata itu, orang tersebut dibebaskan dari neraka dan diantarkan ke surga. Sampai terdengar suara bergaung kepada para penghuni surga: "Lihatlah, Hamba Tuhan ini masuk surga karena pertolongan selembar bulu mata."


Bukan bererti mestilah menangis barulah Allah akan ampuni dosa kita.Tetapi menangis menandakan kita "betul-betul" atau "sungguh-sungguh" untuk menyesal dan insaf.Itulah tabiat manusia.Jika manusia betul-betul gembira maka dia akan menangis.Jika manusia betul terhina dia akan menangis.Dan begitulah juga dengan insaf.Jika kita betul-betul insaf kita akan menangis.Menangis juga membawa erti kita betul-betul lemah,hina,dan berdosa dengan Zat Allah Yang Maha Agung!Menangislah disuatu malam terakhir ramadhan..saya pasti,anda akan merasai ketenangan apabila berjumpa syawal...
Wassalam..

catatan kaki:Bingkisan dari blog Memimpin Intifada