Bunyikan loceng itu
Ada cendera"fikir" menarik yang saya jumpa di keradjaan soenji blogspot :
Menjalani hidup dengan sederhana,hidup yang dihayati dan diperjuangkan
Menjalani hidup yang damai dan tanpa kekerasan,hidup yang menghargai perbedaan sebagai anugrah
Menjalani hidup dengan memberi dan berbagi,hidup yang menjadi bukan memiliki
Menjalani hidup sebagai pelajar seumur hidup,setiap tempat adalah sekolah,setiap orang adalah gurudan alam semesta sebagai buku pelajarannya
Menjalani hidup yang berarti,hidup yang membuat orang lain berbanggakarena mengenal saya
Menjalani hidup dengan penuh cinta,dalam dunia penuh harapan,yang diisi dengan tindakan yang penuh makna
Susunan katanya biasa , tetapi mengandungi ketersiratan yang mendalam dan begitu terkesan sekali kepada diri saya . Apabila dikaji selidik secara rambang , saya dapati begitu banyak blog- blog yang dibina oleh individu perseorangan yang menyentuh dan membicarakan tentang islam . Saya sedikit berbangga dengan kecenderungan ini tetapi masih belum cukup berpuas hati . Kerana apa ? Kerana saya sekarang hidup dalam dunia perjuangan . Sudah tentulah saya senang terjumpa insan yang sama inspirasi dengan saya . Sedangkan insan yang berada diluar "dunia" saya ini lebih ramai dari didalam . Nah , pengajarannya , jangan syok sendiri dengan dunia sendiri !
Ustaz Hasrizal dalam artikelnya , Aku salafi anak muridku bagaimana ? telah berkata , jika 20% daripada remaja concern tentang islam , 80% yang lain memilih jalan untuk bertelanjang ! Satu analogi yang bagi saya cukup "ngam" dengan situasi . Namun disini saya tidak berniat berhujjah panjang tentang manhaj . Biarlah yang lebih arif berhujjah . Serahkan pada yang pakar (p/s: petikan iklan pencuci lantai )
Manakala kumpulan 20% itu pula sibuk berbalah sesama sendiri berkenaan jemaah , manhaj , centric , dan berbagai lagi perkataan-perkataan yang pelik (?) , tak faham (?) bla bla bla..
Isunya disini ialah , apa jadi kepada kumpulan 80% yang berbaki yang memilih bertelanjang sebagai satu cara hidup (?) ? . Saya tidak berniat meletakkan diri saya diluar gelanggang dan bersorak supaya pemain yang berada didalam gelanggang beraksi dengan lebih bersemangat . Apa yang ingin saya lakukan hanyalah , membunyikan loceng amaran . Betapa kita terlalu membazirkan banyak masa dengan berpassing bola sesama sendiri tampa menyerang dan menjaringkan gol . Sedangkan kuffar dan sekutunya tidak pernah leka mengamati dan merancang segala-galanya to make sure islam will never rise again .
Lalu saya hadirkan cendera"fikir" yang begitu bermakna untuk direnungkan bersama , hidup yang menghargai perbedaan sebagai anugrah , hidup yang menjadi bukan memiliki .